Sisa-sisa yang tersia.
terkesima bila sisa-sisa dipegang masih dipersia,
warna-warna indah yang dulunya pudar,
menjadi tompok pada kain yang dulunya kian memutih,
liku-liku yang menyimpang diharungi melalui jalan pintas.
kecewa*
gahnya hidup menentang dalang bagai air menitis didaun keladi,
namun yang mengakhiri minyak yang terapung dipermukaan air.
kalaulah hanya dikisahkan apa yang pernah berdarah,
mahunya berpanjangan menjadi parut yang takkan pernah padam,
lalu bagaimana dengan luka sedikit?
kalau tutupnya hingga tidak ada perbezaan pada si kulit.
sekali terjadi mungkin beribu kali bakal diharung lagi,
tidak lah yang diharung itu tetap sama,
malah pasti tidak dapat disangkal minda,
yang pasti bukan mengancak-ancak apa yang dilalui.
kalau lah semua acap khali dengan sisa hidup,
punah lah impian mendirikan masa depan,
kemestiannya; satu insan satu jalan satu impian,
yang tersia-sia dikejarkan biar dipasak tiangnya jadi tunggak kejayaan.
p/s:tidaklah seseorang itu perlu untuk menjadi pesimisme; punyai sikap memandang sesuatu itu dari sudut keburukannya, atau tidak yakin akan kejayaannya.
mensiakan kegagalan yang dilalui bukanlah sikap seorang pemenang pada dasarnya, jangan lah sesekali membiarkan air mengalir kebukit kelak tidak peroleh manfaatnya.